Sunday, April 10, 2022

How To Draw Anime Attack On Titan Final Season Eren Jeager, With Video!

 Eren Yeager (エレン・イェーガー Eren Yēgā?) was a former member of the Survey Corps. He was the main protagonist of Attack on Titan. He lived in Shiganshina District with his parents until the fall of Wall Maria, where he impotently witnessed his mother being eaten by a Titan.[32] This event would lead to Eren`s intense hatred towards the Titans as he swore to wipe all of them off the face of the Earth.[33] 

 Soon afterward, his father, Grisha Yeager, found him and gave him the key to his basement, instructing Eren to find it at all costs and retake Wall Maria.[34] He then injected Eren with a Titan serum.[34] 

 In the year 847, Eren, Mikasa Ackerman, and Armin Arlert joined the 104th Training Corps. The three graduated with Eren ranking 5th best,[35] and they joined the Survey Corps following the battle of Trost District.[36] 

 After finding the basement and unlocking his father's memories, Eren learned about the truth of what the Titans are, as well as the history of Eldia and Marley. Eren then vowed to free his home from their true enemy: the rest of humanity that lives across the ocean.[37] 

 Eren possessed the power of three Titans. Ellen mewarisi serangan dan mendirikan Titan dari ayahnya. [38] Setelah memakan Lara Tyber selama serangan Riberio, dia juga mendapatkan Warhammer Titan. [8]




Thursday, August 3, 2017

Liputan dan Proyekan Saat Hamil, Enggak Masalah (1)

tulisan hasil wawancara dengan Pak Yamin
Setiap ibu hamil pasti mempunyai cerita serunya masing-masing pada saat mereka hamil, termasuk saya. Selama saya hamil Ziran dua tahun lalu, banyak banget cerita tak terlupakan dari mulai yang bahagia, lucu, hingga sedih. Seperti halnya pada saat saya sedang mewawancara salah satu narasumber untuk data tulisan saya.

Kala itu, saya sedang hamil tiga bulan, badan saya yang kurus dan usia kehamilan yang masih muda membuat saya tidak terlihat seperti orang yang sedang hamil. Meski saat itu saya sedang hamil muda dan lagi parah-parahnya morning sickness, hal tersebut tak menghalangi saya untuk terjuan ke lapangan (mengambil data di luar kantor). Saya masih tetap semangat mencari data kesana kemari dan mewawancara narasumber-narasumber untuk data tulisan saya. Bagi saya selama saya masih mampu dan mengatasi morning sickness, tak masalah pergi kesana kemari selama itu bisa melengkapi tulisan-tulisan saya, toh diam aja di rumah atau istirahat di kantor bikin jenuh.

Pada Selasa, 20 Januari 2015, saya mendapat tugas untuk menuliskan tentang toko Kelom Geulis yang ada di Jalan Cihampelas, Kota Bandung. Alasan saya mengambil tugas tersebut karena lokasinya yang dekat sekali dengan rumah saya. Untuk pergi ke sana saya hanya perlu berjalan kaki sebab kompleks rumah saya tepat berada di belakang toko tersebut. Saya pikir saya bisa ambil data sekaligus olahraga kalau ambil tema tentang Kelom Geulis, hehe.

Pagi-pagi, jalanlah saya ke toko Kelom Geulis untuk bertemu dengan pemiliknya. Sesampainya di sana saya bertemu dengan pemiliknya yang ramah, Pak Yamin Teramurni. Pak Yamin ini baik sekali dan dia senang bercerita. Saat itu, kami mengobrol banyak mengenai sejarah toko Kelom Geulis Keng yang sudah dirintis kakeknya sejak tahun 1942 sambil berdiri dan melihat-lihat kelom-kelom buatannya. Saking asyiknya mengobrol dan saya lupa memberitahu Pak Yamin kalau saya sedang hamil muda, tiba-tiba saja pendengaran saya perlahan menghilang dan mata saya perlahan kabur. Sesaat itu pula saya yang sedang mengobrol dengan Pak Yamin pingsan.

Pas sadarkan diri, yang pertama terpikirkan dalam benak saya bukan "si utun enggak kenapa-kenapa gitu ya?", tapi malah "duh malu euy sama Pak Yamin dan istrinya, lagi wawancara malah pingsan". Saya enggak tahu berapa lama saya pingsan dan enggak pengan nanya juga karena keburu malu duluan hahaha. Yang saya ingat saat itu pas lagi wawancara tiba-tiba suara Pak Yamin mendadak jadi kecil, ruangan jadi gelap, dan kebangun setelah nyium bau minyak kayu putih yang ditempelin ke hidung sama istrinya Pak Yamin.

Bangun-bangun langsung ditanya istrinya Pak Yamin, "Teh enggak kenapa-kenapa? Tadi pagi sarapan dulu enggak?"
"Sarapan kok, bu. Cuman saya lagi hamil tiga bulan kayaknya tadi kelamaan berdiri," jawab saya polos.
Pak Yamin yang mendengar jawaban saya langsung menimpali, "Aduh ai si teteh atuh bukannya bilang lagi hamil. Tak kirain lagi enggak hamil, saya kan jadi enggak enak ngobrolnya tadi sambil berdiri. Kalau tahu gitu kan kita ngobrolnya bisa sambil duduk aja."

Saya pun jadi ngerasa enggak enak sama Pak Yamin serta istrinya udah bikin khawatir dan ngerepotin. Alhamdulillah mereka semua baik dan langsung memberikan saya segelas teh manis, juga menawarkan saya makan. Namun, bukan tidak sopan saya menolak tawaran makannya karena saya takut malah muntah lagi di sana nanti jadi double deh malunya hehe. Alhasil, saya langsung nelepon papah buat menjemput ke toko Kelom Geulis Keng.

Sorenya, karena khawatir, pak suami ngajak saya periksa ke rumah sakit buat cek si baby utun apakah baik-baik saja? Walaupun berdasarkan cerita Pak Yamin saya jatuh pingsannya posisi terlentang bukan tengkurap, tapi untuk memastikan saja kalau saya dan si baby utun baik-baik saja dan alhamdulillah memang baik-baik saja. Hanya, saya memang perlu istirahat yang cukup dan tidak boleh berdiri dalam waktu yang lama karena saya tidak seperti ibu hamil pada umumnya yang terkena morning sickness biasa, saya terkena hyperemesis gravidarum.

Setelah kejadian ini apakah saya kapok buat terjun ke lapangan? Oh tentu saja tidak hahaha. Emang dasarnya bandel dan enggak ada kapok-kapoknya, meski saya terkena hyperemesis gravidarum, saya enggak berhenti buat melakukan banyak kegiatan. Kerjaan kantor tetap saya kerjakan (meskipun kadang-kadang di tengah-tengah jam kerja mabok parah dan harus pulang), bahkan pada saat hamil saya pun mengambil proyekan menulis yang cukup besar dari adiknya mantan Presiden RI, alm. Soeharto untuk museum Soeharto di Yogyakarta.

Proyekan menulis dari Pak Probo ini juga lumayan menguras otak dan tenaga saya (ceritanya nanti akan saya posting di postingan berikutnya, in shaa Allah). Meskipun begitu saya tetap senang mengerjakannya, entah kenapa saat hamil Ziran saya lagi semangat-semangatnya menulis, padahal kondisi badan sangat tidak memungkinkan. Semua itu berkat izin Allah dan tentu saja dukungan dari suami. Jadi, liputan dan proyekan saat hamil? Ya, enggak masalah ;)

Thursday, May 18, 2017

Ini Morning Sickness atau Hyperemesis Gravidarum?

Sabtu, 14 Februari 2015

Sudah 4 bulan lebih 1 minggu usia kehamilan saya pada saat itu, tepatnya 17 minggu. Kata orang, kalau sudah lebih dari 4 bulan mual-mual atau mabok saat hamil perlahan akan hilang. Namun nyatanya, semua itu tidak terjadi pada saya. Saya masih tetap mual-mual bahkan muntah-muntah. Kalau tidak ingat ada si jabang bayi dalam perut saya, rasanya ingin menyerah saja deh. Hayati lelah, bang, hehe

Tiada hari tanpa muntah, seriusan loh, dalam satu hari pasti aja ada muntahnya. Selama hamil Ziran belum pernah dalam sehari yang bebas tanpa muntah. Jadi, pas lagi hamil boro-boro pengin makanan yang enak-enak atau yang aneh-aneh, baru ngebayangin makanannya aja rasanya udah mual duluan dan ngebayangin capeknya muntah sehabis makan.

Kalau lagi parah-parahnya sehari bisa sampai lima kali muntah dan itu bikin perut sakitnya bukan main. Semua saran yang dikasih tahu teman, orangtua, mertua, dan keluarga, enggak satu pun ada yang mempan. Beberapa saran mengatasi mual pada saat hamil, di antaranya:
  • Makan sedikit demi sedikit tapi sering
Duh, pas nyobain saran yang ini saya malah makin pusing, soalnya jadi makin sering muntahnya. Apalagi sebelum masuk usia kehamilan 4 bulan, minum air mineral pun rasanya mual dan langsung muntah. Jadi, dulu sampai usia kehamilan 4 bulan, saya minumnya air teh. Minum air mineral dipaksain kalau mau minum obat aja. Terus pas sebelum 4 bulan juga saya enggak bisa makan nasi, jadinya kadang bandel makan mie rebus buat ngilangin mual atau kadang makan kerupuk yang atasnya dikasih nasi hangat lalu diberi garam, hehe. Sementara itu, buat pengganti nasi, saya makan kentang rebus dikasih keju, itu juga enggak terlalu sering sih karena kadang tetap muntah dan kalau udah gitu, saya harus cari makanan lainnya yang bikin enggak muntah. Jadi, untuk saran ini saya mah malah makan sedikit atau makan banyak tapi jarang, semau dan se-mood-nya aja kalau lihat makanan yang kemungkinannya kecil buat muntah *jangan ditiru ya hehe*
  • Mengonsumsi buah dingin atau jus buah
Nah ini nih, ampun deh selama hamil saya pilih-pilih banget sama buah-buahan dan jus buah. Padahal biasanya sebelum hamil saya doyan banget makan buah-buahan, kecuali jeruk ya soalnya saya phobia jeruk ^_^
Apalagi sama buah mangga, ya ampuuun nyerah deh sama buah yang satu ini, padahal ini buah kesukaan dan biasanya kan kalau orang hamil malah ngidam buah mangga kan ya? Kalau saya mah, duh, sama buah ini pas hamil musuh besar. Baru gigit sedikit aja langsung muntah, enggak dinanti-nanti lagi. Udah enggak inget lagi buah apa yang biasa dimakan pas hamil, perasaan sih enggak ada.
  • Makan permen jahe atau minuman hangat seperti wedang atau sekoteng
Kalau berdasarkan beberapa literasi, jahe banyak disarankan untuk ibu hamil yang lagi mual-mual karena mengandung minyak atsiri yang bermanfaat untuk mengatasi rasa mual. Zat tersebut membuat bau jahe menjadi khas dan terasa hangat di perut. Aroma jahe juga dipercaya dapat membuat tubuh dan pikiran rileks. Sayangnya, apapun yang berbau jahe buat saya malah menjadi pemicunya si mual datang yang kemudian membuat saya muntah-muntah.
  • Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein, seperti roti, crackers, biskuit, dll
Duh, pengin banget deh pas hamil punya camilan-camilan ini, tapi semua itu hanya mimpi, hiks hiks. Karena enggak ada satu pun camilan semacam roti, biskuit, crackers, yang bisa mengganjal perut saya kalau kelaparan saat itu. Jadi, dulu satu-satunya camilan yang bisa dimakan dan bikin enggak mual adalah es krim dan yoghurt. Yang bilang, jangan kebanyakan makan es krim pas hamil nanti anaknya besar, itu cuman mitos. Beneran deh, malah dokter obgyn saya membolehkan saya makan es krim kalau memang es krim bikin saya jadi enggak mual atau muntah. Nanti deh ya, saya akan bahas mitos-mitos saat hamil serta fakta dan ilmiahnya :)

Jadi, kalau ada teman saya yang baru hamil dan mengalami mual/muntah hebat seperti saya, kemudian bertanya pada saya cara mengatasi mual/muntah pas hamil gimana? Selain saya kasih saran kayak saran-saran yang di atas, saya cuman bisa jawab sabaaaarrr dan coba makan apa aja yang bisa kamu makan dan enggak bikin kamu mual/muntah (seperti yang disarankan obgyn saya).

Ya, waktu saya hamil dan mengalami mual/muntah selama 40 minggu lebih 1 hari itu saya hanya bisa bersabar dan mencoba sebisa mungkin selalu makan meskipun pada akhirnya selalu saja ada yang termuntahkan. Selain itu, karena mual/muntah saya parah banget selama hamil Ziran, saya pun tergantung banget sama obat Mediamer yang dikasih dokter obgyn saya. Mediamer adalah obat mual untuk ibu hamil dengan vitamin B6. Kalau minum obat Mediamer ini ya muntahnya rada lumayan lah bisa jadi cuman sekali dalam sehari.

Mual/muntah saya yang berlebihan ini disebut dengan Hyperemesis Gravidarum (HG). Pada saat hamil, mual dan muntah kan memang wajar terjadi, biasanya pada empat bulan pertama atau 16 minggu pertama terjadinya dan biasa disebut dengan morning sickness.Bedanya morning sickness dan hyperemesis gravidarum adalah pada jangka waktunya. Pada morning sickness, rasa mual hanya berlangsung untuk jangka waktu tertentu, misalnya hanya di pagi hari atau pada saat makan makanan tertentu, bisa juga pada saat mencium bau-bau ternteu. Sementara itu, HG berlangsung secara konstan, mual dan muntahnya bisa terjadi setiap kali ibu hamil menelan makanan atau minuman.

Sebenarnya, hanya sekitar 0,5-3% ibu hamil yang mengalami HG. Salah satu tokoh terkenal yang pernah mengalami HG adalah istrinya Pangeran William yang ngehits itu loh, Kate Middleton. Ceileh, gaya ya si saya pas hamil meuni sama kayak Kate Middleton haha (sakit teh malah bangga nya si moy mah ^^v). Cik atuh ya padahal mah yang sama kayak Kate Middleton teh cantik sama nasibnya gitu ya haha (piss lagi ah ^^v)

Jadi, hey kalian, para ibu hamil bersyukurlah yang cuman mengalami morning sickness atau bahkan enggak ngalamin sama sekali rasanya mual/muntah, karena sesungguhnya masuk ke dalam ibu hamil yang 0,5-3% tersebut amatlah sangat menyiksa saudara-saudara. Dan karena HG juga saya lebih sering kontrol dibandingkan ibu hamil biasanya, pingsan serta rawat inap di RSIA. Alhamdulillah, Allah masih sayang sama saya dan si utun, karena akhirnya saya bisa melewati semua itu dalam 40 minggu 1 hari dan si utun lahir dengan selamat, sehat wal'afiat; sekarang udah 22 bulan, lagi lucu-lucunya.

Semangat buat para ibu hamil yang lagi merasakan mual/muntah, percayalah perjuangan melawan mual/muntah itu akan terbayarkan saat mendengar suara si jabang bayi nangis pas keluar dari perut kita :)

Dan buat yang mengalami HG seperti saya dulu, rajin-rajin kontrol dan konsultasi sama dokter obgyn-nya ya supaya enggak sampai dehidrasi akut dan si utun juga terpantau perkembangannya.



Tuesday, May 9, 2017

Cari Obgyn Itu Kayak Cari Jodoh

Dari pas zaman hamil Ziran pernah janji buat rajin nulis pengalaman tentang kehamilan di blog, tapi nyatanya itu hanya "mimpi" alias cuman sekadar janji, si saya terlalu banyak alasan, hehe. Jadi, sekarang janjinya mau ditepatin deh, meskipun anaknya udah 22 bulan. Enggak apa-apa lah ya, yang namanya berbagi pengalaman mah enggak ada kata terlambat :p

Di postingan kali ini, saya pengin berbagi cerita waktu cari obgyn atau dokter kandungan. Buat saya pribadi sih, nyari obgyn itu udah kayak nyari jodoh aja, ada kriterianya. Awal tahu hamil pas liat hasil test pack, saya langsung searching di Mbah Google, dokter kandungan perempuan yang bagus di Kota Bandung. Enggak cuman itu, saya juga banyak nanya sama kakak perempuan saya dan teman-teman saya yang sudah pernah melahirkan.

Dari hasil searching dan nanya sana sini, alhasil banyak yang rekomendasiin dokter Yena M. Yuzar di RSIA Limijati. Beliau sebenarnya praktiknya enggak cuman di RSIA Limijati, ada di RSIA Hermina Pasteur juga, tapi karena jarak kantor dan rumah saya lebih dekat ke Limijati, akhirnya saya lebih memilih ke RSIA Limijati. Kenapa sih saya milih dokter Yena? 
  • Alasan pertama, yang paling kuat sih beliau perempuan, hehe, soalnya dari awal nikah, suami udah wanti-wanti "kalau nanti hamil, pokoknya harus cari dokter kandungan yang perempuan, Aa enggak mau kamu diperiksa sama dokter laki-laki". 
  • Kedua, beliau muslim.
  • Ketiga, kata orang-orang sih beliau itu pro normal dan pro ASI.
  • Keempat, udah pasti baik ya makanya banyak yang ngerekomendasiin beliau.
  • Kelima, berdasarkan hasil survey di forum ibu-ibu hamil, katanya beliau itu ramah, kalem, sabar dan teliti.
Berdasarkan kelima alasan itu, berangkatlah saya ke dokter Yena di RSIA Limijati. Dan tadaaaaa, baru pertama kali kesana aja buset dah antriannya, bo, bisa dipakai buat tiduran dulu itu mah. Setelah berjuang dengan antriannya yang begitu aduhai, bertemulah saya dengan dokter yang ngehits di forum-forum ibu hamil ini. Pertemuan pertama dengan beliau, kalau saya sih biasa aja ya. Baik sih, ramah juga dan memang teliti, tapi karena dalam memilih obgyn, saya juga harus mendapat restu dan pendapat dari suami, saya pun bertanya pada suami bagaimana dengan penilaiannya terhadap dokter Yena. Kalau menurut suami saya sih, dia kurang cocok saya periksa di sana, karena katanya dokternya kurang komunikatif, dan lebih banyak diamnya, jadi harus kitanya yang cerewet baru beliau ngomong, kurang banyak ngasih masukan.

Sebenarnya dokter Yena itu bagus dan memang baik banget, tapi mungkin karena banyaknya pasien yang ingin diperiksa beliau, jadi beliau juga lelah kali ya kalau harus banyak ngomong sama semua pasien, hahaha. Selain apa yang dikatakan suami, saya enggak jadi milih dokter Yena buat periksa kandungan selanjutnya adalah karena antrinya yang aduhai, saya tak sanggup. Apalagi pas di kehamilan minggu ke-8, saya maboknya parah banget. Kebayang, kalau ngantrinya ke dokter Yena, bisa pingsan di tempat antrian kali ya saking muntah mulu selama ngantri.

Akhirnya, setelah kembali melakukan survey dengan mencarinya di internet dan nanya sana sini, saya dan suami memilih dokter Dini Hidayat di RSIA Limijati juga. Pertama kali kesana, tepatnya pada 28 November 2014, saya pun langsung jatuh cinta sama dokter satu ini. Suami pun merasa cocok dengan cara penyampaian dokter Dini selama meriksa saya. Alasannya kenapa akhirnya saya memilih dokter Dini Hidayat, adalah:
  • Pertama, beliau perempuan dan muslim. Seperti yang sudah disebutkan di awal, suami ingin saya diperiksa sama dokter perempuan. Kalau masalah muslim apa enggaknya sih sebenarnya saya dan suami bebas-bebas aja, tapi kalau dapat muslim itu jadi poin plus karena saya dan suami sih berharap kalau dokternya muslim, nanti pas saya melahirkan, beliau bisa membimbing saya juga dengan doa yang sama.
  • Kedua, dokter Dini ini baik, ramah, dan nyantei banget orangnya. Maksudnya nyantai banget itu, beliau enggak banyak pantangan, suka bercanda, dandanannya aja simpel dan sporty banget.
  • Ketiga, ngomonngnya Sunda-an euy, cocok sama pak suami yang Sunda pisan, hehe.
  • Keempat, banyak ngasih saran dan masukan yang baik buat saya dan suami. Jadi, saya dan suami pun enggak sungkan-sungkan buat nanya. Kalau lagi banyak yang ditanyakan, kontrol sama beliau bisa lama dari biasanya. Malah beliau suka nanya sama kita, "Ada keluhan enggak?", "Apa yang kerasa?", "Ada yang mau ditanyain? Enggak usah malu-malu, tanyain aja kalau memang ada yang harus ditanyain soal kehamilan".
  • Kelima, enggak ngantri dong, hehe. Waktu saya sih, beliau praktiknya setiap Selasa dan Kamis jam 18.00 WIB sampai sehabisnya pasien yang kontrol.
  • Keenam, beliau tepat waktu. Biasanya kan kalau kontrol suka banyak dokter yang ngaret karena praktik di tempat lain juga, nah kalau dokter Dini ini orangnya tepat waktu meskipun beliau juga praktik di tempat lain. (Oh ya, beliau praktik di Kopo sama RSHS juga ya)
  • Ketujuh, sudah pasti beliau pro normal dan pro ASI.
  • Kedelapan, beliau sangat perhatian sama pasiennya (kenapa saya bilang ini, nanti saya akan bahas di postingan lainnya soal kehamilan Ziran di minggu kesekian).
So, buat saya dan suami sih buat milih obgyn itu harus yang bisa bikin kita nyaman supaya nanti pada saat melahirkan pun beliau bisa membuat saya tenang dan nyaman. Ya, kayak kalau nyari jodoh, kalau ngobrol aja udah enggak nyambung, ketemu aja bikin enggak nyaman, ya udah deh kita END, hahaha. 

Buat ibu-ibu hamil yang lagi nyari obgyn, saran saya sih selalu diskusikan dengan suami, percaya deh apa yang dirasakan istri dan suami itu kalau sejalan, kesananya akan berjalan dengan lancar jaya. Karena apa yang diinginkan suami pun pasti yang terbaik buat sang istri.


PS:
buat penggemar dan pasiennya dokter Yena, mohon maaf ya, bukannya mau membanding-bandingkan, tapi ini sih berbagi pengalaman aja. Semua dokter obgyn juga bagus kok, tapi kan enggak semuanya harus diperiksa di obgyn yang sama, hehe, semua punya kriterianya sendiri saat memutuskan untuk memilih dokter kandungan ^_^

Thursday, May 4, 2017

Hamil Yang Dirindukan


Dulu, saat hamil Ziran rasanya rindu ingin segera bertemu dengan si buah hati yang saya sendiri belum tahu bagaimana rupanya. Sekarang, di saat Ziran sudah berusia 21 bulan kok ya rasanya rindu lagi masa-masa pas hamil Ziran. Nah lho! Apa ibu-ibu yang baru punya anak satu ngerasain hal yang sama juga kayak saya apa enggak ya? hehe

Kok rasanya rindu ada yang nendang-nendang dari dalam perut, rindu ngusap-ngusap perut yang semakin membesar, dan rindu ngajak ngobrol si utun yang ada di dalam perut lagi. Meskipun dulu pas hamil Ziran, saya mual muntahnya parah banget sampai sembilan bulan, tapi ya enggak bisa dibohongi, menjadi ibu hamil itu menyenangkan. Menjadi ibu hamil itu amazing banget buat saya. 

Selain merasa takjub karena adanya makhluk hidup yang bergerak-gerak di dalam perut, hamil juga membuat saya merasa menjadi wanita spesial. Nah ini nih beberapa alasan kenapa jadi ibu hamil itu terasa spesial dan begitu dirindukan?

  • Orang-orang di sekitar jadi lebih perhatian dan pengertian sama ibu hamil
Ya, meskipun enggak semua orang "peka" terhadap ibu hamil, tapi saya sih waktu hamil ngerasanya orang-orang di sekitar jadi lebih perhatian dan pengertian. Misalnya di tempat umum, kalau ada ibu hamil yang perutnya lagi besar-besarnya, biasanya orang-orang akan lebih mendahulukan/memprioritaskan ibu hamil dan orang-orang terasa lebih santun. Orang-orang di sekitar pun *terutama waktu di kantor dan di rumah sih hehe* biasanya suka memaklumi ibu hamil yang kerap ketiduran atau cepat banget lelah, jadinya dikit-dikit istirahat dan orang-orang di sekitar akan menyuruh ibu hamil untuk beristirahat atau membiarkan tidur lebih lama :p
  • Selalu ditawarkan apapun, padahal lagi enggak pengin-pengin amat
Nah ini nih, karena orang-orang suka beranggapan ibu hamil kerap ngidam, jadinya kalau lagi hamil terus nyeletuk, "Ih kayaknya itu enak deh", orang-orang di sekitar pasti langsung, "Mau Moy? Nih buat Moy, kasihan bisi anaknya nanti ngacai" atau "Mau Moy? Nanti aku beliin ya, kasihan ibu hamil lagi ngidam", hahaha *padahal mah ya cuman kelihatannya aja enak, enggak terlalu pengin-pengin amat alias kabita doang*. Dan selama hamil Ziran pun, alhamdulillah enggak ngerasain ngidam yang aneh-aneh, malah udah ngelahirin banyak penginnya haha.
  • Makanan enak-enak dan sehat-sehat
Karena lagi hamil itu perlu nutrisi dan gizi yang seimbang, terutama saat kehamilan semakin membesar, seperti saat memasuki trimester kedua. Pada saat trimester kedua, janin tumbuh dengan sangat pesat, khususnya mengenai pertumbuhan otak berikut susunan syarafnya sehinggabertambah pula kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil (sumber: bidanku.com). Jadi, pas hamil, orang-orang di sekitar, terutama suami dan keluarga, pasti sangat memperhatikan makanan ibu hamil, dan biasanya selain makanannya sehat-sehat, ibu hamil suka ditawarkan makanan yang enak-enak.
  • Suami perhatiannya berkali-kali lipat dari biasanya ^_^
Kalau ini, enggak tahu saya yang lebay atau emang semua perempuan ngerasanya gitu. Gitu enggak sih, bu, ibu? hehe. Kalau saya sih ngerasanya gitu, suami kok ya rasanya perhatiaaaaan banget. Perhatian zaman pedekatean mah lewaaat. Pas zaman hamil Ziran, ya ampun, pak suami luar biasa perhatiannya. Pergi dan pulang kerja enggak boleh bawa motor sendiri, enggak boleh naik angkot, harus diantar jemput sama dia, kalau dia enggak bisa jemput saya harus naik taksi. Terus, selalu ditawarin apapun, baik itu makanan, belanja, perawatan, liburan, dan sebagainya. Tiap jalan-jalan tangan selalu dipegang, pekerjaan rumah dibantuin, biasanya minta dipijitin eh pas hamil dia yang rajin mijitin. Like a princess banget deh pokoknya waktu hamil :D
  • Berat badan bertambah dan badan terasa lebih seksi *hahaha*
Kayaknya kalau yang ini sih enggak semua orang senang ya? hehe. Kalau saya sih senang banget soalnya badan saya ya ampun slim banget deh alias kurus abis, bahkan sampai hamil 7 bulan Ziran aja kayak yang lagi enggak hamil. Jadi, waktu pas hamil, lihat berat badan naik sampai 18kg kok saya mah malah girang banget ya, badan jadinya berisi dan berasa seksi aja gitu haha. Dan setelah melahirkan, berat badan pun menyusut dengan begitu cepat, malah enggak ada yang tersisa lagi dari kenaikan 18kg itu (berat badan malah di bawah berat badan waktu pas pertama nikah, tambah kurus T___T). Makanya, kalau buat saya sih naik berat bada pas hamil itu merupakan hal yang dirindukan ^_^

Gimana? Ada yang mau menambahkan lagi hal apa aja yang bikin ibu hamil merasa menjadi wanita spesial dan selalu dirindukan? Kalau saya sih rasanya cuman segitu, enggak tahu deh kalau ada yang kelupaan dan belum ketulis.

Makanya, kadang kalau lihat saudara atau teman yang lagi hamil suka kabita ^_^ *kabita hamilnya, bukan kabita punya anak laginya*. Kalau lagi "kambuh" kabita hamilnya, suka banyak yang bilang, "Lah Moy kalau kabita hamil lagi mah sok atuh geura kasih ade lagi buat Ziran!"

Nah giliran dibilang kayak gini, saya dan suami cuman bisa senyum aja. Kenapa? Soalnya saya dan suami memang belum terpikirkan untuk menambah anak lagi, malah kalau suami sih sudah fix cuman pengin punya anak satu aja dan saya menghargai keputusannya. 

Kalau ditanya alasannya kenapa cuman mau punya anak satu? Atau ada yang bilang, "Kasihan atuh Moy kalau Ziran jadi anak semata wayang mah, nanti udah besar bisi kesepian". Saya dan suami hanya bisa tersenyum kembali, tak mau banyak cakap.

Orang bebas men-judge, kok saya dan suami kayaknya egois banget ya cuman mau punya anak satu, tapi yang pasti kami berdua punya alasan sendiri yang membuat kami memutuskan hanya ingin mempunyai Ziran. Kalau toh tiba-tiba di tengah jalan kami dipercaya atau diberi amanat lagi sama Allah sih beda cerita lagi ya, itu mah namanya rezeki, ya pasti kami pun akan menyambutnya dengan senang hati :)

Jadi, kalau ditanya, rindu hamil lagi enggak sih? Ya, rindu. Tapi, kalau ditanya ingin punya anak lagi enggak sih? Hmmm, masih bingung jawabnya. Pengin enggak ya, hehe.